Rabu, 23 September 2009

Kerasukan Jin

Pertanyaan :

Bismillah,

Apakah manusia bisa kerasukan jin/jin bisa masuk pada tubuh manusia (Kesurupan)?, Apakah hadits berikut mengindikasikan bahwa manusia bisa kesurupan :

Utsman bin Abi al-’Ash r.a. berkata, ketika aku bekerja untuk Rasulullah saw. di Thaif, tiba-tiba aku melihat sesuatu dalam shalatku, sampai-sampai aku tidak tahu sedang shalat apa. Maka setelah kejadian itu aku menemui Rasulullah saw. Rasulullah berkata, ”Ibnu Abi al-’Ash?” Aku menjawab, ”Benar, ya Rasulullah.” Rasul bertanya, ”Apa yang membuatmu datang ke sini?” Aku menjawab, ”Wahai Rasulullah, aku melihat sesuatu dalam shalatku sampai-sampai aku tidak tahu sedang shalat apa.” Nabi bersabda, ”Itu adalah setan (jin). Mendekatlah padaku!” Maka aku pun mendekat kepada Nabi, lalu aku duduk. Ibnu Abi al-’Ash berkata, ”Lalu Nabi memukul dadaku dengan tangannya dan meniup mulutku sambil berkata, ”Keluarlah musuh Allah!” Nabi melakukannya sebanyak tiga kali. Lalu Nabi berkata, ”Teruskanlah pekerjaanmu.” (H.R. Ibnu Majah 2:273 dan disahihkan Imam al-Bani)

Atas jawaban ustdaz Ana ucapkan terima kasih.

Wassalam

A. Haris

Jawaban :

Bismillahirrahmaanirrahiim

Kesurupan berasal dari bahasa sunda, yaitu surup. Surup asal artinya pantas atau serasi. Tetapi menjadi tenggelam bila disambung dengan panon poe atao bulan. Seperti surup panon poe. Adapun bila menjadi nyurup akan berarti roh halus, jin dll. ke dalam badan manusia. Maka dikenallah bahasa kasurupan dan di bahasa indonesiakan menjadi kesurupan atau kerasukan. Kamus lengkap bahasa sunda-Indinesia, Indonesia Sunda, Sunda-sunda. Susunan drs. Budi Rahayu Tamsyah Spk.

Di dalam bahasa inggris disebut trance yang berarti keadaan mabuk atau kemasukan roh atau setan.

Di dalam disiplin ilmu kedokteran dikenal dua istilah, yaitu hipnosa dan disosiasi

Hipnosa ialah kesadaran yang sengaja diubah (menurun dan menyempit, artinya hanya menerima rangsang dari sunber tententu). Melalui sugesti, mirip dengan tidur dan sangat mudah untuk disugesti. Setelah itu bila terus berlanjut dapat timbul amnesia.

Disosiasi ialah sebagaian tingkah laku atau memisahkan diri secara psikologik dari kesadaran. Kemudian terjadi amnesia sebagaian atau total.

Disosiasi ini dapat berupa TRANS (trance), yaitu keadaan kesadaran tanpa reaksi yang jelas terhadap lingkungan yang biasanya mulai dengan mendadak : mungkin terjadi imobilitas dan roman muka yang bengong/kehilangan akal atau melamun. Dapat ditimbulkan karena hipnosa atau depresi. (disarikan dari makalah singkat dr.Hari Rayadi Mrs.av.)

Inilah yang oleh orang-orang berkepercayaan syirik kesurupan atau kerasukan jin, roh halus atau hantu.

Adapun jin adalah satu makhluk gaib.

اَلجِنُ : عَالَمٌ غَيْرُ مَرْئِيٍ لِلْبَشَرِ حَسْبُ أَصْلِ خَلْقَتِهِ ، فَهُمْ مِنْ عَالَمِ الأَثِيرِ وُجُودٌ بِلاَ ظِلٍّ غَبْرُ قَابِلِينَ لِرُؤْيَةِ البَشَرِ ، فَالجِنُّ حَقِيقَةٌ وَاقِعَةٌ غَيْرٌ مَنْظُورَةٍ لَنَا بِدَلِيل قَوْلِ اللهِ تَعَالَى : {إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ }

Jin adalah alam yang tidak terlihat bagi manusia sesuai asal penciptaannya. Mereka adalah alam maya yang wujud tanpa bayangan, tidak untuk dilihat oleh manusia. Maka jin hakikat yang nyata tidak terlihat bagi kami dengan dalil Firman Allah : - Sesungguhnya ia dan kaumnya melihat kamu dengan keadaan yang kamu tidak dapat melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan Syaitan-syaitan itu teman rapat bagi orang-orang yang tidak beriman.

Adapun pengertian gaib:

الَغَيْبُ : مَالاَ يَقَعُ تَحْتَ الحَوَاسِ وَلاَ تَقْتَضِيهِ بِدَايَةُ العُقُولِ وَ إِنِّمَا يُعْلَمُ بِخَبَرِ الأَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ السَّلاَمُ

Gaib ialah sesuatu yang tidak terjangkau oleh panca indera, tidak akan dapat disimpulkan oleh ketinggian akal, dan hanyalah dapat diketahui dengan melalui kabar-kabar para nabi alahimus salam. Ar- Ragib : 717.

Keterangan ini berdasarkan ayat-ayat sebagai berikut :

عَالِمُ الغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أحدا إِلاَّ مَنْ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا(27)

Ia Yang Maha mengetahui gaib, maka Ia tidak akan menampakkan atas kegaiban itu kepada seorang pun, melainkan kepada Rasul yang di redaiNya. Maka Ia mengadakan di hadapan dan di belakang Rasul itu malaikat-malaikat yang menjaga dan mengawasinya. Q.s. Al-jin : 27

Oleh karena itu di dalam ayat lainnya Rasulullah saw, diperintah oleh Allah swt. untuk menyampaikan ayat,


قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِندِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ(
50)

Katakanlah (wahai Muhammad); “Aku tidak mengatakan kepada kamu (bahawa) perbendaharaan Allah ada di sisiku, dan aku pula tidak mengetahui perkara-perkara yang ghaib; aku juga tidak mengatakan kepada kamu bahawasanya aku ini malaikat, aku tidak menurut melainkan apa yang diwahyukan kepadaku”. Bertanyalah (kepada mereka): “Adakah sama orang yang buta dengan orang yang celik? Tidakkah kamu mahu berfikir?” Al-an’am : 50.

Demikian pula beliau mengetahui sedikit tentang jin setelah diberi wahyu oleh Allah swt. tentangnya.

قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنْ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا(1)

Katakanlah (wahai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadaku, bahwa sesungguhnya: satu rombongan jin telah mendengar (Al-Quran yang aku bacakan), lalu mereka (menyampaikan hal itu kepada kaumnya dengan) berkata: `Sesungguhnya kami telah mendengar Al-Quran (sebuah Kitab Suci) yang susunannya dan kandungannya sungguh menakjubkan!. Q.s.aljin : 1

Berdasarkan keterangan-keterangan ini jelas sekali bahwa jin termasuk makhluk gaib. Dan Rasulullah saw. pun mengetahui hal itu hanya merupakan wahyu.

Jadi, haruslah dibedakan antara jin dengan iblis. Dan malaikat, Iblis, dan jin termasuk jenis jin. Mereka adalah makhluk gaib yang tidak akan dapat dilihat atau dirasakan oleh panca indra manusia.

Adapun mengenai bisikan-bisikan yang buruk atau bisikan yang memerintah manusia kepada kemaksiatan, tentu itu merupakan bisikan setan, baik yang berasal dari bangsa jin ataupun manusia.. Dengan demikian, mustahil jin dapat masuk ke dalam tubuh manusia. Tegasnya mereka hanya dapat mengerjakan yuwaswisu fi shudurinnas.

Adapun mengenai hadis

Kejadian yang dialami oleh Usman bin Abu al-Ash, ia ditepuk dadanya yang diganggu setan di dalam salatnya, bahkan sampai ia lupa sedang salat apa adalah kejadian sering dialami oleh yang sedang salat. Itulah gangguan setan. Lalu Rasulullah saw. memukul dada Usman sambil ditiupnya mulut Usman oleh beliau seraya bersabda,”Keluarlah wahai musuh Allah.!”

Cara ini pun sering dilakukan oleh Rasulullah saw. untuk menguatkan mental atau batin sahabat yang memiliki masalah mental. Umpamanya di dalam hadis Ahmad, Al-Bukhari, dan Muslim diceritakan bahwa ketika Fatimah putri Rasulullah saw. merasa kesulitan dan berat mengurusi pekerjaan rumah tangga, lalu ia meminta agar Rasulullah saw. memberinya seorang pembantu, Rasulullah saw. tidak memberinya pembantu, tetapi beliau menekan dada Fatimah dengan lutut beliau dan Fatimah diperintah membaca zikir tertentu sebelum tidur.”

Tentu saja walaupun Rasulullah saw. menekan dada Fatimah dengan lututnya, hal itu sama dengan Rasulullah saw. memukul dada Usman dan meniup mulutnya. Artinya, kemalasan, perasaan tidak mampu menghadapi pekerjaan keseharian sebagai ibu rumah tangga merupakan penyakit yang dimasukkan oleh setan ke dalam hati manusia. Hal ini seperti sering kehilangan kekhusyuan di dalam salat.

Jadi cara Rasulullah saw. ini adalah cara mendorong mental agar menjadi kuat dengan melalui sugesti.

Jadi sering terganggu/diganggu setan di dalam salat adalah merupakan hal yang buruk dan harus dihilangkan. Karena jangankan melamun akibat melihat sesuatu, hanya menoleh pun di dalam salat sudah dikatakan dicuri sesuatu dari salatnya oleh setan.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الِالْتِفَاتِ فِي الصَّلَاةِ فَقَالَ هُوَ اخْتِلَاسٌ يَخْتَلِسُهُ الشَّيْطَانُ مِنْ صَلَاةِ الْعَبْدِ

Dari Aisyah, ia berkata,”Saya bertanya kepada Rasulullah saw. tentang menoleh di dalam salat, beliau menjawab,’Itu adalah pencurian yang dilakukan oleh setan dari salat seorang hamba.” H.r. Al-Bukahri. 709.

Jadi, janganlah karena jin tidak dapat bertindak apa-apa kepada manusia, lalu selalu menjadi sasaran. Yang jelas setan itu selalu membisikan hal-hal buruk kepada manusia, maka janganlah diikuti dan harus dilawan

Wallahu a’lam

Wassalaam

- 26 Juni 2008

Sumber :

http://persis.or.id/?p=97

23 September 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar